mudation.com – Analis Beri Rekomendasi Beli Saham Wijaya Karya (WIKA), Ini Alasannya. PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mulai mengembangkan bisnis energi terbarukan (EBT).
Baru-baru ini, WIKA telah menyuntikkan modal Rp 36 miliar ke anak perusahaan pemegang saham PT Wijaya Karya Industri (WINNER) untuk mendukung operasional bisnis.
WINNER mengembangkan berbagai produk berbasis energi surya dan hemat energi, seperti solar water heater, air conditioner water heater, heat pump water heater, electric water heater, solar pool heating, dan juga berbagai produk berbasis solar panel (photovoltaic solar module) seperti seperti Solar Home System, Solar Pump System, Solar Street Light System, Solar Centralized Hybrid System, Solar Module/Panel, Battery dan banyak lagi.
Sementara itu, anak usaha WIKA, PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) juga mengambil saham mayoritas di PT Wijaya Karya Pracetak Gedung (WPG). WTON membeli 2% saham WPG yang semula dimiliki oleh PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE).
Dengan cara ini, kepemilikan WTON di WPG meningkat menjadi 51% dari sebelumnya 49%. Akibatnya, WPG berubah dari afiliasi WTON menjadi anak perusahaan WTON.
Bisnis EBT yang digarap WIKA melalui WINNER memiliki prospek yang baik. Namun, pada saat ini, proporsinya terlalu kecil untuk menunjukkan manfaat apa pun.
Saat ini, kontribusi terbesar WIKA masih berasal dari industri konstruksi. “Saya yakin bisnis konstruksi masih bisa tumbuh. Jadi fokus tambahan pada bisnis EBT tidak akan mempengaruhi kinerja WIKA,” kata Dennies dalam wawancara. Dampak peningkatan kepemilikan WTON di WPG juga dinilai kurang nyata bagi WIKA.
Pada prinsipnya, akuisisi saham hanya menggantikan kepemilikan anak perusahaan WIKA lainnya. Dennies optimistis kinerja WIKA akan lebih baik dari tahun lalu pada akhir tahun 2022.
Peningkatan kinerja didorong oleh pertumbuhan kontrak baru dan mendatangkan kontrak dari tahun sebelumnya yang relatif tinggi sehingga masih menghasilkan pendapatan.
Di sisi lain, arus kas WIKA tahun ini kurang baik dan rasio utang terhadap ekuitas (DER) cukup tinggi dibandingkan tahun lalu.
“Oleh karena itu, ada potensi WIKA akan kesulitan untuk mempercepat pengiriman proyek tahun ini, sehingga pendapatan mungkin tertunda dari perkiraan waktu,” kata Dennies.
Dari sisi valuasi, harga WIKA saat ini relatif murah. Pada Kamis (4/8), WIKA naik 1,08% menjadi Rp 935 per saham, atau sekitar 0,6 kali price-to-book value (PBV).
Menurut Dennie, saat ini WIKA berada dalam support yang cukup kuat secara teknikal yang disertai dengan beberapa indikator moving average jangka pendek dan menengah yang masuk dalam time frame harian. ” Ada potensi upside yang tinggi jika WIKA berhasil menembus resistance terdekat di sekitar Rp. 960 dengan target harga terdekat Rp. 1.020,” kata Dennies.
Dari analisa teknikal, Dennies merekomendasikan untuk membeli WIKA. Pasalnya, pada harga saat ini pasokan stabilisasi harga relatif panjang dengan risiko terbatas.
Dalam risetnya 13 Juli 2022, analis KB Valbury Sekuritas Devi Harjoto dan Alfiansyah juga merekomendasikan membeli WIKA dengan target harga Rp 1.135 per saham.
KB Valbury Sekuritas merevisi proyeksi pertumbuhan penjualan WIKA tahun ini menjadi 22% year-on-year (y-o-y). Hal ini sejalan dengan ekspektasi peningkatan proyek baru, terutama pada semester II 2022, serta pemulihan ekonomi.
Pemerintah juga memprioritaskan pembangunan infrastruktur dengan anggaran Rp 365,5 triliun. Selain itu, peluncuran proses tender Nusantara Capital City (IKN) juga akan memberikan potensi yang lebih tinggi untuk memenangkan kontrak baru seperti proyek infrastruktur, gedung dan pekerjaan rekayasa (EPC).
Namun, KB Valbury Sekuritas menemukan bahwa kenaikan suku bunga dapat berdampak negatif pada sektor konstruksi yang bergantung pada pembiayaan eksternal.
“Tren peningkatan leverage WIKA juga bisa menjadi risiko, yang bisa mengurangi kemampuan WIKA untuk mengakuisisi proyek baru,” kata kedua analis.
Oleh karena itu, pertumbuhan pesanan baru dari WIKA diperkirakan akan lebih lambat dari perkiraan semula.
Kontrak baru WIKA pada 2022 diperkirakan mencapai Rp 30 triliun-Rp 32 triliun, atau lebih rendah dari proyeksi semula Rp 35 triliun.
Dalam lima bulan pertama 2022, kontrak baru WIKA mencapai Rp 12,5 triliun sehingga order book menjadi Rp 66,4 triliun yang sebagian besar didominasi oleh kontrak infrastruktur seperti jalan tol, jalan, jembatan dan gedung.